Deskripsi gambar

Strategi Besar Pemkot Makassar Hadirkan Program dan Pelayanan Nyata di Tengah Masyarakat

Munafri–Aliyah Arahkan APBD untuk Jaminan Sosial, Pendidikan, Layanan Digital, dan Infrastruktur Inklusif

SudutMakassar.id, MAKASSAR — Pemerintah Kota Makassar menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan pelayanan di tengah masyarakat melalui pengalokasian anggaran besar pada program-program yang berdampak langsung.

Khususnya di bidang perlindungan sosial, pembangunan infrastruktur strategis, transformasi digital layanan publik, serta penguatan pendapatan daerah.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menyampaikan bahwa fokus utama pemerintah kota yang dipimpinnya adalah pemberian jaminan sosial kepada seluruh lapisan masyarakat.

Terutama pekerja keagamaan dan pekerja rentan melalui kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Makassar.

“Salah satu kegiatan yang membutuhkan anggaran besar adalah pemberian jaminan sosial kepada masyarakat, khususnya pekerja keagamaan dan pekerja rentan,” ujarnya, Kamis (18/12/2025).

“Ini kita lindungi melalui BPJS Ketenagakerjaan yang di-cover APBD Pemerintah Kota Makassar,” sambung pria yang akrab disapa Appi itu.

Saat ini, lebih dari 81.000 warga Kota Makassar telah terdaftar dan mendapatkan perlindungan berupa jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.

Namun, menurut Wali Kota, perlindungan tersebut masih belum cukup karena manfaatnya baru dirasakan ketika terjadi risiko kerja.

Oleh karena itu, pada tahun 2026 Pemerintah Kota Makassar akan menambah sekitar 45.000 peserta baru pada tahap awal untuk mendapatkan jaminan hari tua.

Program ini ditujukan untuk memberikan rasa aman jangka panjang bagi masyarakat pekerja yang tidak memiliki penghasilan tetap.

“Pemerintah harus hadir dan ikut merasakan beban mereka,” tegas orang nomor satu di Kota Makassar ini.

Selain itu, Pemkot Makassar juga terus mendorong transformasi digital melalui pengembangan aplikasi layanan terpadu Lontara Plus.

Aplikasi ini dirancang untuk mengintegrasikan sekitar 358 entitas layanan pemerintah yang selama ini berjalan secara terpisah ke dalam satu sistem layanan digital. Sejak Juli hingga Desember 2025, total aduan yang masuk mencapai 2.106 laporan.

“Hampir seluruh pengaduan masyarakat sudah mulai masuk melalui sistem ini,” ungkap mantan Bos PSM tersebut.

Lebih lanjut, Wali Kota menekankan pentingnya respons cepat dari SKPD terhadap setiap aduan masyarakat yang masuk. Ia menetapkan batas waktu maksimal 2×24 jam untuk menindaklanjuti setiap laporan.

“Kalau ada aduan yang tidak direspons lebih dari dua kali dua puluh empat jam, notifikasinya akan langsung masuk ke handphone saya, dan saya akan langsung menghubungi OPD yang bertanggung jawab,” tegasnya.

Menurutnya, respons cepat pemerintah memiliki dampak psikologis besar bagi masyarakat. Warga tidak membutuhkan jawaban panjang, tetapi kepastian bahwa mereka didengar dan diperhatikan.

“Pemerintah harus hadir. Respons itu sudah memberikan efek yang sangat baik bahwa pemerintah ada di tengah masyarakat,” katanya.

Ke depan, Lontara Plus akan terus dikembangkan dengan empat fokus utama, yakni integrasi data kependudukan, data sosial, data pendidikan, dan sebagian data kesehatan.

Seluruh aplikasi layanan yang sudah ada akan ditarik ke dalam sistem utama sebagai backbone data terpadu.

“Supaya kita berbicara dan mengambil kebijakan benar-benar berbasis data,” jelasnya.

Tak cukup di situ, sebagai pimpinan Kota Makassar, Munafri menegaskan bahwa sejumlah program strategis yang telah disusun bukan sekadar daftar kegiatan, melainkan tugas dan tanggung jawab nyata yang harus dijalankan oleh masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD).

Dari berbagai program tersebut, sektor pendidikan dan kesehatan ditetapkan sebagai prioritas utama dan bersifat wajib (mandatory).

Ia menyampaikan bahwa bidang pendidikan akan dimaksimalkan secara serius, seiring dengan penguatan layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kota Makassar.

“Program pendidikan ini benar-benar akan kita maksimalkan. Pendidikan dan kesehatan adalah dua hal yang sangat mandatory,” tegas Munafri.

Dalam sektor pendidikan, Pemkot Makassar memastikan tidak akan ada lagi anak yang putus sekolah, khususnya pada jenjang pendidikan dasar.

Berbagai upaya akan dilakukan, termasuk pemberian bantuan dan insentif, terutama bagi tenaga pengajar yang bertugas di wilayah kepulauan dan pulau-pulau terluar.

“Tidak boleh lagi ada anak-anak yang tidak sekolah di Kota Makassar, khususnya pada pendidikan dasar,” imbuh Ketua IKA FH Unhas ini.

Terkait program bantuan seragam sekolah gratis, Wali Kota menegaskan bahwa esensi kebijakan tersebut bukan semata soal jumlah seragam yang diberikan, melainkan bagaimana pemerintah hadir untuk mengurangi beban ekonomi keluarga.

Persoalannya bukan soal dua pasang baju cukup atau tidak, melainkan mengurangi beban rumah tangga orang tua yang menyekolahkan anaknya.

Ia memaparkan, harga satu pasang seragam sekolah bisa mencapai sekitar Rp150 ribu. Jika dua pasang, orang tua harus menyiapkan sekitar Rp300 ribu per anak setiap tahun.

Melalui program bantuan tersebut, daya beli masyarakat berpenghasilan rendah dapat diperkuat secara signifikan.

“Kurang lebih ada daya beli sekitar Rp25 ribu per bulan yang bisa dipertahankan oleh keluarga berpenghasilan rendah. Inilah yang kita inginkan, karena daya beli sangat berpengaruh terhadap inflasi,” ungkapnya.

Selain pendidikan, kebijakan penghapusan sejumlah beban harian masyarakat juga menjadi fokus Pemkot Makassar, seperti pembayaran iuran tertentu dan pengelolaan sampah berbasis ekonomi rumah tangga.

Langkah ini diharapkan membuka peluang tambahan penghasilan, khususnya bagi ibu rumah tangga.

“Kalau daya beli masyarakat sudah lemah, jangan berharap pertumbuhan ekonomi bisa muncul,” terangnya.

Ia juga menekankan bahwa program-program tersebut bukan untuk kepentingan pencitraan politik, melainkan dirancang untuk memberikan dampak langsung sesuai kemampuan fiskal daerah.

“Kita tidak punya kemampuan fiskal untuk sekadar bagi-bagi. Yang kita lakukan adalah menghilangkan beban masyarakat. Itu poin utamanya,” katanya.

Dalam arahannya kepada aparatur sipil negara (ASN), Munafri Arifuddin menegaskan bahwa komitmen sebagai pelayan publik adalah bekerja dengan sepenuh hati, meskipun beban kerja ke depan semakin besar.

Ia menekankan pentingnya empati dan simpati agar pelayanan publik tidak bersifat administratif semata, melainkan berdampak nyata bagi warga.

“Kita bekerja bukan hanya sebagai pegawai, tetapi untuk menghadirkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Selain pendidikan dan kesehatan, Pemkot Makassar juga menyatakan perhatian serius terhadap penyandang disabilitas sebagai bagian dari komitmen membangun kota inklusif.

Mulai tahun 2026, pemerintah akan menghadirkan infrastruktur ramah disabilitas, mulai dari desain panggung kegiatan, pedestrian, hingga akses transportasi umum.

“Kita harus memastikan saudara-saudara difabel bisa berpartisipasi penuh dalam setiap kegiatan,” ujarnya.

Komitmen inklusivitas tersebut telah dimasukkan dalam visi pembangunan Kota Makassar dan menjadi tanggung jawab moral pemerintah kepada publik.

Di sektor kesehatan, Pemkot Makassar juga menyiapkan pembenahan besar-besaran, khususnya pada pelayanan Puskesmas dan rumah sakit.

Pelayanan kesehatan harus menjadi standar utama dan tidak boleh justru menimbulkan masalah baru bagi masyarakat.

“Jangan sampai orang datang sehat, pulang sakit karena pola pelayanan yang salah,” tegasnya.

Fungsi Puskesmas akan dikembalikan pada peran pelayanan luar ruang dan pencegahan penyakit, dengan dukungan kegiatan serta anggaran yang lebih besar.

Selain itu, sejumlah bangunan mangkrak dan fasilitas terlantar akan diaktifkan kembali untuk mendukung layanan kesehatan masyarakat.

“Kita akan menambah dan mengaktifkan kembali fasilitas kesehatan yang selama ini terbengkalai. Pelayanan masyarakat adalah komitmen kami,” ungkapnya.

Menutup arahannya, Wali Kota Makassar menegaskan pentingnya perencanaan yang matang dalam setiap proses pembangunan.

Ia menolak praktik perencanaan yang tidak terukur dan hanya bersifat formalitas.

“Tidak boleh lagi ada perencanaan ugal-ugalan. Perencanaan adalah dasar dari segalanya untuk memastikan bahwa kita benar-benar peduli dan bertanggung jawab terhadap pembangunan Kota Makassar,” pungkas Munafri.

Deskripsi gambar
Deskripsi gambar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Deskripsi gambar