SudutMakassar.id, MAKASSAR — Selama dua hari, 25–26 November 2025, Aula I Wayan Bendhi Kampus Politeknik Pariwisata Makassar menjadi ruang pertemuan gagasan, nilai, dan semangat lintas generasi. Melalui Monolog Budaya 2025, Dinas Kebudayaan Kota Makassar menghadirkan dialog kreatif untuk menjawab tantangan pelestarian budaya lokal di era digital.
Kegiatan ini mempertemukan akademisi, budayawan, dan generasi muda dalam satu ruang diskusi produktif. Dipandu MC Stefany dengan Moderator Syafiqah, acara turut dimeriahkan penampilan Band Pelantun Keroncong sebagai simbol harmoni antara tradisi dan kreativitas modern.

Para narasumber yang hadir yaitu Abdi Mahesa, S.S., M.Hum, Dr. Sn. Irfan Palippui, S.S., M.Hum, Prof. Dr. H. Aminuddin Salle, SH, MH, Iksan Bangsawan, Muh. Rijal Djamal, S.S., M.Si., CPT, serta Muhammad Al Mustawa, S.Si., M.Si. Mereka memaparkan perspektif lintas disiplin mengenai strategi pelestarian budaya, dinamika sosial, hingga inovasi pengembangan konten budaya di ruang digital.
Kadis Kebudayaan Makassar: Budaya Harus Hadir di Ruang Digital
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Andi Pattiware, mengapresiasi antusiasme peserta selama dua hari penyelenggaraan. Ia menegaskan bahwa pelestarian budaya tidak bisa lagi hanya mengandalkan metode konvensional.
“Generasi muda hari ini hidup dalam ekosistem digital. Maka budaya kita harus hadir di ruang itu secara kreatif, relevan, dan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur. Monolog Budaya 2025 ini menjadi momentum penting untuk menguatkan strategi pelestarian yang adaptif,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa hasil rumusan dan rekomendasi para akademisi dan peserta akan menjadi rujukan Dinas Kebudayaan dalam mendorong transformasi budaya yang inklusif dan berkelanjutan.

Sekdis Kebudayaan: Kolaborasi Jadi Kunci Transformasi
Senada dengan itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan Makassar, Syahruddin, menilai dialog lintas generasi ini memperkuat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, komunitas kreatif, dan masyarakat umum.
“Kita ingin menghadirkan kebijakan pelestarian budaya yang tidak hanya kuat secara konsep, tetapi juga dapat diterapkan secara nyata. Kolaborasi seperti ini harus terus berkembang agar warisan budaya kita tidak sekadar dipertahankan, tetapi juga dilahirkan kembali dalam bentuk baru yang relevan,” jelasnya.
Syahruddin juga mengapresiasi kontribusi generasi muda yang dinilainya memiliki semangat tinggi dalam menciptakan konten budaya.
Generasi Muda: Motor Kreativitas Budaya
Selama dua hari, peserta yang didominasi mahasiswa menunjukkan ide-ide segar, mulai dari konsep pengemasan budaya dalam format digital, pemanfaatan teknologi storytelling, hingga strategi edukasi budaya melalui platform media sosial.
Diskusi berjalan dinamis, menegaskan bahwa generasi muda merupakan motor penggerak penting dalam memastikan budaya tetap hidup di tengah perubahan zaman.
Rumusan dan Rekomendasi
Dari seluruh rangkaian kegiatan, beberapa poin penting dirumuskan sebagai rekomendasi:
Penguatan literasi budaya berbasis digital bagi generasi muda.
Kolaborasi berkelanjutan antara akademisi, pemerintah, komunitas, dan pelaku seni.
Pengembangan konten budaya kreatif yang dapat bersaing di ekosistem digital global.
Pelestarian berbasis inovasi, tanpa menghilangkan nilai-nilai fundamental budaya lokal.
Penyusunan roadmap transformasi budaya untuk kebijakan jangka panjang.
Hasil rekomendasi ini akan menjadi rujukan penting dalam pengembangan kebijakan kebudayaan Kota Makassar ke depan—yang inklusif, relevan, dan berkelanjutan.
Dinas Kebudayaan Kota Makassar menyampaikan terima kasih kepada seluruh narasumber, peserta, serta pihak yang turut mendukung keberhasilan Monolog Budaya 2025.
















