Deskripsi gambar

Munafri Gaspol Revitalisasi Pedestrian & Ekspansi MCH, Makassar Siapkan Ruang Publik yang Lebih Hidup

Wali Kota Makassar Matangkan Transformasi Kota Kreatif Lewat Trotoar Ramah Pejalan Kaki dan Penguatan Ekosistem MCH di Sejumlah Kecamatan

SudutMakassar.id, MAKASSAR — Upaya Kota Makassar memperkuat identitasnya sebagai kota kreatif kembali dipacu. Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan bahwa transformasi ruang publik tidak boleh berjalan setengah hati.

Melalui rapat koordinasi revitalisasi pedestrian dan perluasan Makassar Creative Hub (MCH) di sejumlah kecamatan, Selasa (18/11/2025), Munafri menekankan bahwa pembangunan kota harus menghadirkan ruang hidup yang inklusif, nyaman, dan mampu menggerakkan aktivitas warganya.

Di hadapan jajaran perangkat daerah dan tim perancang, Munafri menegaskan bahwa revitalisasi pedestrian dan penguatan ekosistem kreatif adalah dua elemen penting yang akan menentukan wajah Makassar dalam beberapa tahun ke depan.

Appi menegaskan pentingnya pembangunan kota yang lebih inklusif dan kreatif dalam rapat koordinasi revitalisasi pedestrian, ruang-ruang publik, serta pembangunan MCH di sejumlah kecamatan.

“Melalui Rakor ini, Pemerintah Kota Makassar memprioritaskan pembangunan infrastruktur, tidak hanya sekadar memperbaiki fisik kota, tetapi menciptakan ruang hidup yang menggerakkan masyarakat,” ujarnya.

Diketahui, saat ini Makassar telah memiliki dua MCH, yakni di kawasan Jalan Nusantara dan Pantai Losari. Dua lokasi baru disiapkan di Kecamatan Biringkanaya dan Rappocini, sementara beberapa penjajakan lokasi sedang dilakukan di kecamatan lain, termasuk wilayah kepulauan.

Munafri menegaskan bahwa MCH bukan sebatas proyek bangunan, tetapi ekosistem kreatif yang harus berfungsi. Ia menuturkan bahwa pengembangan cabang MCH harus mampu menghidupkan ruang ide dan ruang sosial sesuai potensi wilayah.

Lebih jauh, Munafri juga menekankan pentingnya standar hospitality bagi pengelola MCH, seperti kesiapan dan kualitas SDM.

“Begitu bangunan jadi, stafnya juga harus dibangun. SDM-nya sudah dilatih. Begitu MCH selesai, aktivitas bisa langsung jalan,” tambahnya.

Selain pedestrian dan MCH, Munafri memperkenalkan pendekatan akupuntur arsitektur, yakni menciptakan ruang interaksi kecil dan strategis di tengah kepadatan kota.

Ia menyarankan kemungkinan pembebasan beberapa rumah di titik tertentu untuk dijadikan ruang napas warga.

“Dua, tiga rumah kita beli, lalu kita jadikan ruang publik. Tempat seperti ini akan jadi titik temu masyarakat,” jelasnya.

Di akhir pertemuan, Munafri menegaskan bahwa seluruh dinas terkait harus menjadi motor penggerak, bukan hambatan.

“Dinas harus support, tidak boleh main-main. Mereka ini anchor-nya. Kalau pondasinya kuat, programnya jalan,” tutupnya.

Rapat tersebut menghadirkan IAI Principal Arsitek, Yulianti Tanyadji, yang memaparkan konsep revitalisasi pedestrian di empat koridor utama, di antaranya kawasan Hasanuddin, Pattimura, Thamrin, dan Kajaolalido.

Dalam paparannya, Yulianti menyoroti sejumlah persoalan teknis yang harus ditangani mulai dari pelebaran trotoar, perbaikan drainase menjadi jalur pedestrian hijau, penataan titik lampu jalan dan kabel udara, hingga penataan ulang pepohonan.

“Penghijauan harus tetap menjadi prioritas. Pohon yang masih sehat kita pertahankan, yang mati kita ganti. Kita ingin koridor ini bukan hanya rapi, tapi hidup,” jelas Yulianti.

Dalam sesi pembahasan Makassar Creative Hub (MCH), Yulianti menawarkan rancangan program MCH Kota Makassar dengan konsep pusat–satelit–mikro agar tidak terjadi duplikasi proyek, tetapi saling menguatkan. Konsep tersebut disambut positif oleh Wali Kota Munafri.

Deskripsi gambar
Deskripsi gambar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Deskripsi gambar