SudutMakassar.id, MAKASSAR – Museum Kota Makassar kembali menjadi panggung pertemuan budaya lintas negara. Kali ini, Konsulat Jenderal Australia bersama rombongan peserta Islamic Program Exchange berkunjung ke museum yang berlokasi di Jalan Balai Kota, Rabu (24/9).
Rombongan tamu kehormatan disambut dengan hangat melalui penampilan Tari Empat Etnis, tarian khas yang merepresentasikan keberagaman budaya Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Penampilan ini menjadi simbol eratnya persaudaraan dan semangat toleransi yang telah menjadi ciri khas Kota Makassar.
Setelah penyambutan, para tamu diajak berkeliling menikmati koleksi sejarah yang tersimpan di Museum Kota Makassar, khususnya dokumentasi hubungan maritim antara pelaut Makassar dan masyarakat Aborigin Australia. Salah satu tokoh yang menjadi sorotan adalah Kapten Husein (Using) Daeng Rangka, figur penting dalam sejarah hubungan dua bangsa yang hingga kini masih dikenang.
Tidak hanya melihat koleksi, rombongan juga menikmati pemutaran film dokumenter berjudul Marege di bioskop mini Museum Kota Makassar. Film tersebut mengisahkan jejak interaksi historis antara pelaut Makassar dan suku Aborigin di Australia. Melalui narasi visual yang kuat, film ini menggambarkan betapa hubungan kebudayaan telah melintasi batas negara dan diwariskan lintas generasi.
Kepala UPT Museum Kota Makassar, Andi Nurul Salsabilah Sultan Pawi, menegaskan bahwa kunjungan ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan momentum memperkuat diplomasi budaya.
“Makassar memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dilepaskan dari Australia, khususnya masyarakat Aborigin. Kehadiran Konsulat Australia bersama rombongan di Museum Kota Makassar membuktikan bahwa jejak persahabatan ini tetap hidup dan terus dirawat melalui jalur budaya. Kami ingin Museum Kota Makassar menjadi ruang yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,” ujar Andi Nurul.
Ia menambahkan bahwa Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Kebudayaan berkomitmen menjadikan museum bukan hanya sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah, melainkan juga sebagai pusat edukasi dan diplomasi budaya yang dapat mempererat hubungan internasional.
Kunjungan ini sekaligus menegaskan posisi Makassar sebagai kota maritim dan budaya yang memiliki peran strategis dalam membangun jejaring global. Melalui museum, sejarah tidak hanya dikenang, tetapi juga dihidupkan kembali sebagai identitas bersama.