SudutMakassar.id, MAKASSAR – Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Jalur Beasiswa Kaltara Tahun Akademik 2025/2026 yang diselenggarakan oleh Yayasan Patria Artha (YPA) resmi selesai pada 18–22 Agustus 2025.
Seleksi ini digelar dalam lima gelombang, baik secara daring maupun luring di tiga lokasi ujian berbeda. Program ini khusus ditujukan bagi putra-putri Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Patria Artha (UPA) Kabupaten Gowa.

Total 298 peserta mengikuti ujian, dengan rincian:
Kabupaten Malinau: 97 orang
Kabupaten Nunukan: 65 orang
Kabupaten Bulungan: 63 orang
Kabupaten Tana Tidung: 32 orang
Kota Tarakan: 41 orang
Dari jumlah tersebut, hanya 112 orang (37,58%) yang dinyatakan lulus administrasi, akademik, dan layak menerima Beasiswa YPA 2025/2026 untuk melanjutkan studi pada 8 program studi yang tersedia di UPA.

Beberapa penerima beasiswa sudah lebih dulu berangkat ke Makassar. Sementara itu, rombongan berikutnya dijadwalkan bertolak pada 17 September 2025 menggunakan kapal Pelni dari Tarakan, didampingi senior, orang tua, serta relawan peduli pendidikan.
Program beasiswa khusus Kaltara ini sudah memasuki angkatan ke-4, dengan seluruh pembiayaan kuliah ditanggung penuh oleh Yayasan Patria Artha tanpa menggunakan dana APBD Kaltara.
Pihak YPA dan Rektorat menegaskan program ini lahir dari kepedulian terhadap peningkatan SDM Kaltara, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Harapannya, lulusan program ini kelak mampu bersaing di dunia kerja, menopang perekonomian keluarga, dan tidak lagi menjadi penonton di daerahnya yang kaya akan sumber daya alam.

Mendiang Ketua Yayasan Patria Artha, Ita Hartati, semasa hidup selalu menekankan pentingnya misi sosial pendidikan.
“Universitas Patria Artha harus membantu sebanyak mungkin generasi muda meraih cita-citanya, meski terkendala ekonomi. Melalui Tridharma perguruan tinggi, YPA berkomitmen membantu program pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama bagi anak-anak Kaltara. Mereka tidak boleh lagi hanya menjadi buruh kasar atau penonton di daerahnya sendiri,” demikian pesan almarhumah yang masih menjadi pedoman YPA hingga kini.
















